Jumat, 21 Oktober 2011

Iseng Iseng Servis TV Sendiri

Suatu hari saya bingung tiba-tiba TV saya tidak memunculkan warna hijau, hanya warna merah dan biru yang tampak. Pertama kali saya pikir tabungnya yang rusak dan saya harus mengganti tabungnya. Tapi selanjutnya saya pikir kenapa tidak saya diagnosa terlebih dahulu saja sendiri, mungkin aja bisa jadi profesional di bidang pertelevisian :p

Oke langsung aja saya buka casing TV dan debunya udah kaya gula sama semut. Gulanya TV, semutnya debu, klop banget pokoknya, haha. Akhirnya saya bersihkan dari debu yang menumpuk.

Setelah selesai membersihkan seharusnya saya mengetes katoda-katoda (merah,hijau, dan biru) untuk memastikan mereka berfungsi dengan baik atau tidak. Cara mengetesnya adalah dengan menggunakan kabel tester dimana ujung yang pertama ditempelkan ke katoda yang akan dites dan ujung yang satunya lagi ditempelkan ke ground dengan kondisi TV yang menyala. Itu semua ada di PCB yang pertama.



Tapi belum saya tes katoda-katodanya, eh si TV udah berwarna seperti biasa. Akhirnya saya tidak jadi mengetes dan saya juga simpulkan ternyata debu yang menumpuk didalam TV bisa menyebabkan kerusakan.

Sekian pengalaman saya. Ini dia penampakan TV yang sedang dibersihkan. 

baca selengkapnya...

Rabu, 19 Oktober 2011

Belajar Routing Statis

Buat topologi jaringan seperti gambar di bawah ini


ena = enable >> untuk mengaktifkan router
conf t = configure terminal >> untuk melakukan konfigurasi pada terminal router
int fa = interface fastethernet >> melakukan konfigurasi pada FastEthernet yang dipilih
int e = interface ethernet >> melakukan konfigurasi pada Ethernet yang dipilih
ip add = ip address >> konfigurasi ip pada port FastEthernet yang dipilih
no sh = no shutdown >> mengaktifkan pengubahan konfigurasi
ex = exit >> keluar dari menu konfigurasi FastEthernet yang dipilih


- Konfigurasi router pertama

Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex

- Konfigurasi router kedua (tambahkan modul WIC-1ENET)

Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.2.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex
Router(config)#int e0/0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.3.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex
Router(config)#int fa0/1
Router(config-if)#ip add 192.168.4.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex

- Konfigurasi router ketiga

Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.5.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex
Router(config)#int fa0/1
Router(config-if)#ip add 192.168.4.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no sh
Router(config-if)#ex

Routing pada router pertama

Router(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 192.168.2.2 >> subnet 192.168.3.0 melalui gateway 192.168.2.2
Router(config)#ip route 192.168.4.0 255.255.255.0 192.168.2.2 >> subnet 192.168.4.0 melalui gateway 192.168.2.2
Router(config)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.2.2 >> subnet 192.168.5.0 melalui gateway 192.168.2.2

Routing pada router kedua

Router(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 192.168.2.1 >> subnet 192.168.1.0 melalui gateway 192.168.2.1
Router(config)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.4.2 >> subnet 192.168.5.0 melalui gateway 192.168.4.2

Routing pada router ketiga

Router(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 192.168.4.1 >> subnet 192.168.3.0 melalui gateway 192.168.4.1
Router(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 192.168.4.1 >> subnet 192.168.2.0 melalui gateway 192.168.4.1
Router(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 192.168.4.1 >> subnet 192.168.1.0 melalui gateway 192.168.4.1

Lakukan tes ping pada masing - masing end device yang terhubung, jika berhasil maka kita sukses melakukan routing statis.
Nantikan posting selanjutnya untuk routing dinamis :)

baca selengkapnya...

Senin, 10 Oktober 2011

Pengalaman Menggunakan Intel Single Core

Ketemu lagi sama waktunya sharing pengalaman. Sekarang saya mencoba menceritakan tentang prosesor intel yang sudah mulai ditinggalkan tapi masih ngetop yaitu single core. Yah karena sekarang trend nya dual core, core i3, i5, i7 jadi yang single core ini mulai ditinggalkan. Kecepatan prosesor single core beragam dari yang 300 MHz - 3 GHz atau lebih.
Awalnya saya menggunakan prosesor single core 1.7 GHz namun seiring dengan perkembangan dunia digital terutama game ya saya membeli prosesor 2.66 GHz. Waktu itu saya tidak memperhatikan atau bahkan tidak peduli dengan suhu motherboard saya. Sampai suatu kesempatan saya membaca artikel seputar suhu PC yang ideal di suatu web dan saya akhirnya mencoba untuk mengetahui berapa suhu di PC saya saat didiamkan maupun saat bermain game berat. Alhasil saya pun dibuat terkejut dengan data yang dirilis oleh software Speecy (terlalu lebai dah, haha). Berikut hasilnya :

1. Saat PC didiamkan dalam keadaan hidup
2. Saat PC digunakan untuk bermain game (Pro Evolution Soccer 2011 atau Football Manager 2011)
Suhu normal untuk sebuah PC dengan prosesor intel seharusnya tidak lebih dari 80 derajat celcius tapi saat keadaan dengan minimum penggunaan saja sudah mencapai 87 derajat celcius, ini namanya bukan overheating lagi tapi very overheating :-D
Saya tidak tahu apakah memang karakteristik prosesor single core seperti itu atau ada kesalahan saya menempatkan dan menginstalasi PC. Saya tidak mau menggunakan teknik undervolting (menurunkan tegangan ke prosesor) karena khawatir secara tidak langsung dapat merusak prosesor. Saya juga tidak tahu apakah teknologi Speed Step pada single core intel diterapkan atau tidak.
Ini pengalamanku, bagaimana pengalamanmu ?

baca selengkapnya...